Senin, 6 Oktober 2025

Merekonstruksi Peradaban Melayu di Era Gelombang Ketiga

Oleh: Mahyudin Al Mudra, SH.MM

1. Pendahuluan

MelayuOnline.com yang dipublikasikan pada tanggal 1 Muharram 1428 Hijriah (20 Januari 2007) merupakan portal tentang dunia Melayu sedunia. Kehadiran portal ini sebagai ekspresi dari kecintaan dan kegelisahan saya terhadap Melayu. Saya mencintai Melayu karena saya ditakdirkan oleh Tuhan menjadi orang Melayu. Sedangkan kegelisahan saya disebabkan karena warisan dan nilai-nilai budaya Melayu semakin terpinggirkan dari tengah-tengah kehidupan masyarakat Melayu modern.

Kebudayaan modern dan post-modern menimbulkan perubahan di berbagai aspek kehidupan dengan tingkat kecepatan yang mengejutkan. Perubahan itu dipicu oleh kecepatan pertukaran informasi yang disajikan setiap detiknya oleh cybermedia, televisi, radio dan media-media lain (Adeney, 2004). Media-media informasi itu mengaburkan batas-batas fisik dan budaya - oleh Arjun Appadurai disebut “deteritorialisasi”) - sehingga menciptakan dunia baru dengan batas-batas wilayah dan nilai yang bersifat relatif. Batas antara Indonesia, Malaysia, dan negara-negara di Eropa atau Amerika menjadi tidak jelas karena telah “dilipat-lipat” media modern, kemudian dimasukkan ke dalam alat tertentu, seperti komputer dan televisi. Proses deteritorialisasi ini merupakan suatu proses penting karena ia menjadi titik balik peradaban kontemporer yang memiliki implikasi yang luas dalam berbagai proses sosial dan budaya (Abdullah, 2006). Proses perubahan terpenting yang melanda masyarakat Melayu adalah perubahan cara berpikir dan cara memandang dunia.

Dalam bukunya yang berjudul “Al Muqaddimah”, Ibnu Khaldun mengatakan bahwa budaya yang lebih kuat akan mempengaruhi budaya-budaya lain yang lebih lemah (Khaldun, 1989). Di kalangan masyarakat Melayu yang sebagian besar hidup di negara-negara berkembang, kecenderungan untuk ikut menikmati produk kebudayaan modern terlihat sangat kuat. Masyarakat Melayu, dalam beberapa hal, mencontoh kebudayaan Barat, sehingga proses transformasi ideologi dan cara berpikir dari Barat berjalan dengan mulus. Dari sini muncul problem keberpihakan, yaitu keberpihakan terhadap produk-produk budaya Barat yang dapat dilihat melalui gaya hidup dan pola berpikir, yang mengindikasikan adanya perubahan karakter orang Melayu. Secara fisik, karakter orang Melayu tidak berubah, tetapi karakter kejiwaan telah mengalami perubahan.

Salah satu tugas intelektual adalah memahami secara cermat realitas yang sedang terjadi. Kemudian menciptakan langkah-langkah kongkrit untuk memperbaikinya. Di sini MelayuOnline.com mencoba memainkan perannya secara optimal, yaitu menduniakan nilai-nilai luhur Melayu untuk membangun peradaban dunia. Prinsip yang dipegang oleh MelayuOnline.com adalah mempertahankan warisan kebudayaan Melayu yang baik, dan mengambil hal-hal baru dari kebudayaan modern yang lebih baik. Portal ini merupakan wujud dari kesadaran bahwa perubahan-perubahan dalam masyarakat Melayu tidak mungkin dihindari, sehingga harus dirumuskan secara tepat dan cepat bagaimana mengarahkan perubahan itu ke arah yang lebih baik.

Ada beberapa hal penting yang telah dilakukan oleh MelayuOnline.com, pertama memanfaatkan media informasi modern (cybermedia) untuk ikut serta membentuk opini dunia melalui budaya Melayu. Kedua, menggali, memelihara, mengekalkan dan mempublikasikan semua ikhwal Melayu dan kemelayuan secara sistematis, komprehensif dan mendunia. Ketiga, meredefinisikan Melayu dengan tidak membatasi pada ras, agama, etnik, dan politik. Keempat, merekonstruksi paradigma pemikiran Melayu untuk dapat diadaptasikan dengan alam pikiran modern.

2. Paradigma Pemikiran MelayuOnline.com tentang Melayu

Sebelum membahas bagaimana MelayuOnline.com berupaya membangun peradaban Melayu melalui teknologi modern, tulisan ini terlebih dahulu membahas konsep MelayuOnline.com tentang Melayu. Di bawah ini dijelaskan secara ringkas bagaimana masyarakat Melayu pada umumnya memahami kemelayuan. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan konsep MelayuOnline.com dalam merekonstruksi pemahaman tentang Melayu secara lebih luas dan komprehensif.

a. Pemahaman Reduktif tentang Melayu

Pada masa kini, istilah Melayu selalu dipahami melalui perspektif tertentu, sehingga menghasilkan pengertian-pengertian yang parsial. Beberapa ilmuan mendefinisikan Melayu dari perspektif linguistik, politik, geografi, etnik, atau agama. Memang tidak mudah mendefinisikan Melayu secara komprehensif dan memuaskan semua pihak. Hal itu karena fenomena Melayu dapat dilihat dari berbagai aspek: pertama, ras. Ras Melayu adalah ras yang berkulit cokelat. Dalam pengertian ini, semua orang di Nusantara yang berkulit cokelat adalah Melayu. Kedua, sukubangsa. Perkembangan sejarah dan perubahan politik mengakibatkan ras Melayu tersebar di seluruh Nusantara, yang terbagi dalam beberapa negara dan provinsi, seperti Melayu Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Filipina. Pada tingkat provinsi, ada Melayu Riau, Aceh, Manado, Lombok, Johor, Melaka, dan lain-lain. Dan ketiga, Melayu sebagai suku. Pengertian yang ketiga ini paling sempit, karena hanya menunjuk kepada suku tertentu yang ada di Pulau Sumatera seperti Caniago, Piliang, Tiga Kampung, Lima Kampung, Cermin, Bodi dan lain-lain. Selain suku-suku Melayu tersebut berarti tidak termasuk suku Melayu (Lutfi, 2007).

Selain tiga aspek itu, ada aspek lain yang dianggap penting, yaitu agama Islam. Masuknya agama Islam ke Nusantara membawa pengaruh yang besar terhadap budaya setempat, sehingga memberikan ciri keislaman yang kuat. Pandangan hidup orang Melayu menjadi identik dengan pandangan hidup berdasarkan Islam, yaitu pandangan duniawi dan ukhrowi seperti yang diajarkan oleh Islam (Suwardi, 1991). Oleh karena itu muncul sebuah pemahaman bahwa salah satu syarat untuk menjadi orang Melayu adalah dengan memeluk agama Islam. Apabila seorang non-Islam melepaskan agamanya, kemudian menganut agama Islam, maka ia menjadi Melayu.

Secara ontologis, kemelayuan dan keislaman merupakan dua dimensi yang berbeda. Etnik Melayu merupakan kumpulan individu-individu yang hidup di suatu tempat dan membentuk struktur sosial. Sementara itu Islam adalah agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Melayu untuk menjalin hubungan dengan Tuhan. Yang pertama menciptakan hubungan vertikal, sedangkan yang kedua horizontal. Maka jika definisi Melayu dibatasi pada identitas etnik, ras dan agama, akan menciptakan posisi yang tumpang tindih antara agama sebagai sistem kepercayaan dan etnisitas sebagai struktur sosial (Ansor, 2005).

Banyaknya unsur-unsur yang termuat di dalam Melayu menyebabkan definisi Melayu menjadi beragam. Melayu dapat didefinisikan berdasarkan sejarah, politik, ras, agama, atau bahasa. Beberapa definisi tentang Melayu yang ada disusun dengan mempertimbangkan aspek-aspek tersebut. Satu pengertian yang lazim di kalangan orang Melayu adalah bahwa seseorang dianggap sebagai Melayu apabila ia memeluk agama Islam, menetap di kawasan Melayu, berbicara bahasa Melayu dan menjunjung adat istiadat Melayu.

b. Pemahaman Komprehensif tentang Melayu

Untuk menambah wacana pemahaman tentang Melayu, MelayuOnline.com mencoba memaknai Melayu secara lebih luas. Portal ini memaknai Melayu sebagai sebuah kultur, bukan Melayu sebagai suku, etnis, atau entitas budaya dalam arti sempit lainnya. Melayu yang dimaksud oleh MelayuOnline.com adalah setiap tempat, komunitas, kelompok masyarakat ataupun daerah di belahan dunia manapun yang masih ataupun pernah menjalankan tradisi dan adat istiadat Melayu. Secara historis, kesamaan budaya masyarakat Melayu telah terjalin selama berabad-abad. Hal itu bukanlah ikatan sesaat yang sempit yang didasarkan pada ikatan darah (genealogis), tetapi lebih pada ikatan kultural (cultural bondage). Dengan demikian, kata “Melayu” yang dipahami oleh MelayuOnline.com merujuk kepada setiap masyarakat penutur bahasa Melayu dan mengamalkan adat resam budaya Melayu.

Mengkaji fenomena secara menyeluruh dan mendalam, termasuk melakukan redefinisi dan rekonstruksi, bukan pekerjaan mudah. Upaya ini membutuhkan sebuah paradigma yang fleksibel, yang mencakup berbagai perspektif sehingga menjadi rangkaian penafsiran yang saling melengkapi. Paradigma yang demikian itu disebut “paradigma inklusif” (Al-Masiri, 1998). Paradigma ini bersifat terbuka dan tidak mengenal kata final dalam menafsirkan dan menelaah fenomena, termasuk fenomena Melayu. Paradigma inklusif mencakup seluruh aspek-aspek Melayu yang kompleks (terutama pelakunya yang dinamis), sehingga memberikan gambaran yang utuh tentang realitas Melayu tanpa mengesampingkan unsur apapun. Di dunia Melayu ada tempat, sejarah, budaya, dan orang Melayu sebagai pelakunya. Jika demikian halnya, cakupan kajian tentang dunia Melayu sangat luas dan kompleks. MelayuOnline.com, dengan paradigma inklusif ini, berupaya mengakomodir seluruh kajian tentang kemelayuan, tanpa membatasi diri pada perspektif tertentu atau area kajian tertentu. Perspektif apa saja dapat digunakan untuk menganalisa berbagai area kajian Melayu, akan tetapi setiap hasil analisa bersifat parsial dan tidak final.

Membahas dunia Melayu tidak mungkin hanya menggunakan satu perspektif saja. Jika dilihat sejarahnya, perjalanan bangsa Melayu begitu panjang. M. Junus Melalatoa (1986) menunjukkan fakta sejarah tentang asal-usul orang Melayu di Nusantara. Bahwa telah terjadi tiga tahapan migrasi ras yang menjadi cikal bakal orang Melayu. Pertama, sesudah zaman es terakhir datang gelombang migrasi pertama yang menunjukkan ciri ras Weddoid. Ras tersebut merupakan ras pertama yang menghuni Nusantara. Sisa-sisa nenek moyang dari ras gelombang pertama ini masih ada sampai sekarang yang disebut Orang Sakai, Orang Hutan, dan Orang Kubu. Kedua, tahun 2.500-1.500 SM, datang gelombang migrasi Proto-Melayu (ras Melayu Tua). Golongan tersebut merupakan pendukung penyebaran kebudayaan zaman Batu Baru ke Pulau Sumatera melalui Semenanjung Melayu. Sisa mereka masih terdapat sampai sekarang yang disebut Orang Talang Mamak dan Orang Laut. Ketiga, sesudah tahun 1.500 SM, datang gelombang migrasi ras Melayu Deutro-Melayu (ras Melayu Muda). Kedatangan mereka menyebabkan orang proto Melayu menyingkir ke pedalaman dan sisanya bercampur dengan pendatang baru tersebut.

Dalam setiap periode sejarah yang panjang itu berkembang kebudayaan yang khas. Namun, tiap-tiap kebudayaan tidak dapat dipisahkan antara satu periode dengan periode yang lain. Semuanya menjadi satu kesatuan yang utuh sebagai perjalanan sejarah dan budaya bangsa Melayu. Perkembangan sejarah dan budaya Melayu kuno dapat dilihat melalui peninggalan benda-benda purbakala, seperti kapak persegi dan kapak lonjong yang ditemukan di Sumatera (suwardi, 1991). Sedangkan benda-benda Melayu modern seperti candi, benteng, dan lain-lain masih dapat disaksikan hingga sekarang di beberapa kawasan Melayu. Dalam konteks ini MelayuOnline.com tidak lagi berbicara tentang siapa orang Melayu ‘asli‘ dan yang ‘tidak asli‘. Pembahasan dalam MelayuOnline.com lebih menekankan pada keragaman produk-produk budaya orang Melayu di seluruh Nusantara dari masa ke masa.

Dengan demikian, mempelajari Melayu seharusnya tidak memutus mata rantai perjalanan sejarahnya. Sejarah Melayu telah berlangsung selama berabad-abad. Menelaah dunia Melayu secara komprehensif harus tidak melihat Melayu hanya pada periode sejarah tertentu, seperti periode masuknya agama Islam di Nusantara, tetapi melihat seluruh periode kehidupan bangsa Melayu dari masa ke masa. Kajian tentang sejarah Melayu yang membatasi diri pada periode sejarah tertentu akan menghasilkan kajian yang parsial dan sarat bias.

Metode pengkajian yang demikian itu juga berlaku dalam budaya. Dalam budaya Melayu terdapat unsur-unsur yang tampak seperti, kesenian, upacara adat, peralatan, busana, kuliner, dan lain sebagainya, dan unsur-unsur yang tidak tampak, seperti bahasa, keyakinan, dan pandangan hidup. Semua unsur Melayu itu, oleh MelayuOnline, dikaji secara detil dan menyeluruh, tanpa melihat batas-batas politis, geografis dan periode sejarah. Setiap unsur budaya digali ciri-ciri kemelayuannya sehingga dapat dilihat perbedaannya dengan ciri-ciri budaya lain. Di dalam kesenian Melayu di Nusantara, misalnya, ada seni tari dan seni musik. Ciri yang khas dari seni musik Melayu terletak pada jenis-jenis alat musiknya. Demikian juga gerakan dalam tari Melayu yang jelas berbeda dengan gerakan tari dari daerah lain.

Melalui paradigma inklusif, MelayuOnline.com dapat menyajikan kajian tentang Melayu dan kemelayuan secara integratif dan komprehensif, sehingga Melayu tampak luas, kompleks dan kaya akan khazanah sejarah dan budaya. Hal itu dapat dilihat melalui, pertama, sejarah Melayu yang telah melalui empat fase: fase prasejarah, fase Hindu-Buddha, fase Islam, dan fase modern. Setiap zaman memiliki produk-produk budaya dengan ciri yang berbeda-beda. Kedua, budaya Melayu. Oleh karena orang Melayu hidup di kawasan yang luas (di Nusantara dan luar Nusantara), dan berinteraksi dengan berbagai bangsa lain di dunia, maka menyebabkan terjadinya variasi-variasi budaya Melayu di setiap daerah.

3. Mewujudkan Konsep ke dalam Struktur MelayuOnline.com

a. Struktur MelayuOnline.com

MelayuOnline.com diorentasikan untuk menjadi portal dunia Melayu terbesar di dunia. Paradigma inklusif seperti telah dijelaskan di atas, diwujudkan ke dalam struktur-struktur portal yang sistematis, komprehensif dan ilmiah. Penyusunan struktur yang sistematis bertujuan memudahkan bagi siapa saja yang ingin mengetahui Melayu dan kemelayuan, baik secara ringkas sepintas maupun serius mendalam. Seluruh aspek Melayu, seperti sejarah, budaya, sastra, bahasa dan lain-lain telah diklasifikasi sedemikian rupa, sehingga menjadi sebuah struktur yang menunjukkan betapa sejarah dan budaya Melayu begitu kaya akan khazanah keilmuan. Dari struktur MelayuOnline.com ini dapat dilihat kegemilangan sejarah dan kebudayaan Melayu pada masa lalu.

MelayuOnline.com memiliki 24 menu, yang mana menu sejarah, budaya, dan sastra Melayu menjadi menu utamanya. Pertama, sejarah Melayu. Sejarah Melayu yang dikaji MelayuOnline.com mencakup dimensi yang luas, dengan rentan masa yang panjang. Sejarah yang dimaksud di sini adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau. Jejak-jejaknya dapat dilacak melalui kejadian sejarah, baik berupa manuskrip, prasasti, sejarah lisan mapun artefak. Dalam MelayuOnline.com, sejarah Melayu dibagi dalam tiga kategori: (1) naskah sejarah, (2) sejarah kerajaan Melayu dan (3) peninggalan sejarah di situs sejarah, seperti candi, masjid, istana, benteng, dan makam.

Kedua, Budaya Melayu. Budaya dapat dipahami sebagai sistem dalam masyarakat yang berkaitan dengan nilai, kepercayaan dan perilaku. Kebudayaan Melayu yang dibahas oleh MelayuOnline.com tidak lepas dari hal-hal tersebut yang berkaitan dengan unsur-unsur kebudayaan yang universal, seperti pandangan hidup, kesenian, sistem religi, sastra, kuliner, upacara adat, organisasi sosial, peralatan, busana, artefak, bahasa, bangunan, pengobatan tradisional, dan hukum adat Melayu. Semua unsur itu ditulis dalam struktur penulisan tertentu dengan menggunakan metode akademis.

Ketiga, sastra Melayu. Sastra Melayu yang dimaksud oleh MelayuOnline.com adalah sastra yang berkembang di kawasan Melayu. Sastra tersebut dibagi dua, yaitu sastra lisan dan tulisan. Sastra lisan sulit diketahui awal kemunculannya, sedangkan sastra tulisan muncul dan berkembang bersama dengan masuknya pengaruh Hindu-Buddha dalam masyarakat Melayu. Perkembangan itu semakin pesat dengan masuknya agama Islam ke kawasan ini. Maka tidaklah mengherankan jika sebagian besar naskah sastra tulisan masyarakat Melayu merupakan peninggalan periode Islam. Contoh tradisi lisan adalah pantun, bidal, tambo, koba, dan sebagainya. Sedangkan contoh tradisi tulisan adalah gurindam, hikayat, puisi, syair, sajak, dan sebagainya. Portal MelayuOnline.com memaparkan secara rinci apa saja yang berkaitan dengan sastra lisan dan sastra tulisan itu.

Menu-menu yang lain, sebenarnya penjabaran dari tiga menu tersebut. Namun karena luasnya area kajian, dan semakin bertambahnya data, maka beberapa menu dipisah dari menu utamanya. Bahkan, saat ini sudah ada dua sub-menu dalam MelayuOnline.com yang telah dibuat menjadi portal tersendiri, yaitu www.rajaalihaji.com dan www.wisatamelayu.com atau www.malaytourism.com. Kedua portal itu akan diluncurkan pada tanggal 20 Januari 2008 di Yogyakarta.

Untuk memudahkan identifikasi sejarah atau budaya Melayu yang ada di berbagai daerah di Nusantara, mayoritas struktur di MelayuOnline.com disusun berdasarkan geo budaya. Berikut adalah contoh klasifikasi strukturnya: Sejarah Melayu diklasifikasi menjadi tiga, yaitu naskah sejarah, kerajaan Melayu, dan situs Melayu. Kemudian, kerajaan Melayu, misalnya, diklasifikasi lagi menjadi kerajaan Melayu di Indonesia, di Malaysia, di Singapura, di Brunei Darussalam, di Thailand, di Filipina, di Madagaskar dan di Afrika Selatan. Dari klasifikasi struktur tersebut masih dibagi-bagi lagi secara lebih rinci berdasarkan geo budaya di atas.

b. Manfaat Strategis Publikasi MelayuOnline.com Melalui Cybermedia

Seluruh struktur dan isi MelayuOnline.com dipublikasikan melalui teknologi modern, cybermedia. Era kita sekarang ini dikenal dengan era gelombang ketiga (the third wave), yaitu era yang meyakini sepenuhnya kemampuan berpikir dan kreativitas budaya manusia. Di era ini internet memainkan peranan sentral dalam mengarahkan dan membentuk pola pikir dan perilaku manusia modern. Tidak ada kekuatan apapun yang mampu menghentikan laju internet, sehingga orang yang menang bukanlah orang yang kuat tetapi orang yang cepat menyajikan informasi dan membentuk opini melalui internet (Muhtarom, 2005). Fungsi strategis internet ini dimanfaatkan secara maksimal oleh MelayuOnline.com dalam menduniakan Melayu dan memelayukan dunia. Hal yang sama juga dilakukan oleh Malaycivilization.com.

Internet telah membentuk perilaku, pola pikir, dan kehidupan sosial melalui teknologi. Sebelum era gelombang ketiga ini, pikiran manusia dan relasi sosial antar manusia dibentuk oleh alam dan lingkungan sekitarnya. Namun sekarang kondisinya berbeda. Model relasi sosial kini dilakukan dengan cara baru, yaitu cara artifisial. Cara artifisial adalah cara yang mengandalkan peran teknologi, khususnya teknologi komputer dan informasi dalam meredefinisikan realitas, sehingga berbagai kegiatan manusia dapat dilakukan di dalam cybermedia (Piliang: 7, 2005). Oleh sebab itu, saat ini tengah berlangsung tranformasi ide, gagasan, bahkan ideologi secara besar besaran dari penduduk belahan dunia yang satu kepada yang lain.

Perkembangan cybermedia telah mempengaruhi kehidupan sosial pada berbagai tingkatnya. Pada tingkat individu, cybermedia menciptakan perubahan mendasar dalam pemahaman seseorang tentang dirinya sendiri, apakah dia masuk sebagai anggota masyarakat di lingkungannya, atau sebagai komunitas cybermedia. Di sinilah identitas seseorang menjadi kurang jelas. Secara fisik ia hidup di lingkungannya, namun pola pikir dan perilakunya terkadang dibentuk oleh cybermedia. Pada tingkat hubungan antar individu, cybermedia menciptakan relasi sosial yang bersifat virtual. Dunia cyber bukanlah dunia nyata; relasi sosial yang tercipta bukan hubungan antar fisik dalam sebuah wilayah tertentu, sehingga ia menciptakan semacam deteritorialisasi sosial, yaitu interaksi sosial yang tidak dilakukan dalam sebuah teritori yang nyata, akan tetapi dalam sebuah halusinasi teritorial (territorial hallucination).

Sedangkan pada tingkat komunitas, cybermedia mampu menciptakan masyarakat yang terbuka. Di dalam komunitas konvensional, antar individu memiliki rasa kebersamaan menyangkut tempat tinggal seperti rumah atau desa yang di dalamnya seluruh anggota komunitas dapat berinteraksi secara langsung, dan dibatasi ruang dan waktu. Sedangkan dalam komunitas cybermedia tidak dibatasi oleh tempat yang memiliki batas-batas fisik. Oleh karena itu, komunitas ini tidak dapat dikontrol kecuali oleh diri masing-masing individu. Informasi, ide dan gagasan dapat mempengaruhi siapa saja tanpa kontrol. Dunia cyber, dengan demikian, merupakan lahan atau sarana untuk saling mempengaruhi antar masyarakat dunia. Baik individu, kelompok atau institusi dapat berperan dalam pembentukan gagasan, ide atau ideologi sesuai dengan kepentingannya masing-masing.

Kepentingan MelayuOnline.com di sini adalah menduniakan nilai-nilai positif yang bersumber dari budaya Melayu. Dalam sebuah dunia yang tidak mengenal batas-batas fisik ini, MelayuOnline.com berusaha secara aktif mempublikasian hal ikhwal Melayu untuk tujuan pembangunan peradaban manusia. Potensi Melayu, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, secara sistematis diolah dan disajikan sedemikian rupa oleh MelayuOnline.com untuk turut serta membentuk peradaban dunia baru yang berlandaskan nilai-nilai luhur Melayu. Dengan cara seperti inilah MelayuOnline.com mencoba menjawab cabaran globalisasi pada gelombang ketiga ini.

4. Peran MelayuOnline.com dalam Membangun Kembali Peradaban Melayu


Langkah kongkrit MelayuOnline.com, seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, diorientasikan pada akademisasi Melayu. Artinya, Melayu dijadikan sebuah objek kajian yang tidak pernah final dan menjadi manhaj (metode) yang nilai-nilai luhurnya diimplementasikan oleh pemilik budaya Melayu. MelayuOnline.com membahas Melayu dalam korpus ilmu pengetahuan. Aspek-aspek akademisasi Melayu, baik secara ontologis, epistemologis, dan axiologis telah dibahas oleh MelayuOnline.com. Mengkaji Melayu berarti mengkaji pandangan hidup orang Melayu. Dari pandangan hidup lahir kehendak untuk berbuat, bersikap, berprilaku, yang kemudian menghasilkan karya baik secara tertulis maupun lisan (Suwardi, 1991).

Sebelum MelayuOnline.com ada, warisan khazanah sejarah dan budaya Melayu masih berupa mozaik yang tersebar di mana-mana. MelayuOnline.com merajut kembali mozaik itu dan menyajikannya dalam satu dokumentasi tentang peradaban Melayu dari masa ke masa. Peradaban Melayu adalah salah satu peradaban besar di dunia yang pernah mencapai kegemilangan selama beberapa abad. Peradaban Melayu menitikberatkan pada pembangunan kehidupan yang humanis; dalam Melayu terdapat integrasi antara kepentingan manusia dan lingkungannya (Thamrin, 2003).

Secara prinsip, ideologi yang berkembang dalam peradaban Melayu berbeda dengan peradaban Barat modern. Peradaban Barat modern berideologi kapitalis atau sosialis yang materialistis, sedangkan peradaban Melayu berbasis pada materi dan spiritual. Istilah “kemajuan” dalam perspektif Barat, dengan demikian, berbeda dengan perspektif Melayu. Istilah “maju” dalam terminologi Barat berarti tercapainya satu tahapan kemajuan yang bersifat materi tanpa memperhatikan nilai-nilai etika, moral dan kemanusiaan. Dalam perspektif Melayu, “maju” memiliki makna proses perkembangan materi, etika dan moral ke arah yang lebih baik yang memberi manfaat bagi kemaslahatan umat manusia. Kemajuan semacam inilah yang ingin dibangun oleh MelayuOnline.com di tengah gemerlap peradaban materialistis saat ini. Hal yang sama juga telah dilakukan oleh Malaycivilization.com. MelayuOnline.com dan Malaycivilization.com adalah dua portal tentang dunia Melayu yang saling melengkapkan.

5. Penutup

Cita-cita MelayuOnline.com, seperti telah dijelaskan di atas, begitu besar dan futuristik. Segala aspek Melayu dan kemelayuan digali dan didokumentasikan dalam sebuah portal dengan struktur yang sistematis, komprehensif dan mendunia. Cita-cita MelayuOnline.com adalah bagian cita-cita puak-puak Melayu di seluruh dunia. Kerjasama antara semua kalangan Melayu, dalam mewujudkan cita-cita itu, sangat diperlukan. MelayuOnline.com dengan segala keterbatasannya, telah melangkah membangun kegemilangan tamadun Melayu, memberi pencerahan dan menyatukan puak-puak Melayu di seluruh dunia. Tentu saja kegiatan ini akan semakin baik jika mendapatkan sokongan secara nyata dari masyarakat Melayu di seluruh dunia. Kerjasama-kerjasama dalam berbagai bidang, seperti sharing data dan pengadaan dana sangat diperlukan untuk memperkuat kegiatan-kegiataan kebudayaan semacam ini. Semoga kerjasama-kerjasama yang diharapkan dapat terwujud dan semoga apa yang telah kita perbuat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Daftar Pustaka

Abdullah, Irwan. 2006. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Adeney, T. Bernard. 2005. “Tantangan dan Dampak Kebudayaan Modern dan Pasca Modern” dalam Sociology of Religion Reader, Benard T. Adeney (eds).Yogyakarta: CRCS.

Al Masiri, Abdel Wahab. 1998. Al Yad Al Khafiyah. Cairo: Dar El Syurq.

Ansor, Muhammad. 2005. “Pembacaan Kontemporer Atas Islam, Melayu dan Etnisitas” dalam Lima Kebanggaan Anak Melayu Riau, Baharuddin Husin dan Dasril Affandi (eds). Jakarta: Persatuan Masyarakat Riau-Jakarta.

Khaldun, Ibn. 1989. The Muqaddimah. Prenciton: Prenciton UniversityPress.

Lutfi, H. Muhctar. 2007. “Melayu dan Non-Melayu: Masalah Pembauran Kebudayaan” dalam Masyarakat Melayu dan Budaya Melayu dalam Perubahan, Heddy Shri Ahimsa-Putra (eds). Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu.

Muhtarom, M. Iqbal. 2005. “Masyarakat Terbuka,” Balairung, Vol. 38, XIX.

Melalatoa, M. Junus. 2007. “Komposisi Suku Bangsa di Provinsi Riau” dalam Masyarakat Melayu dan Budaya Melayu dalam Perubahan, Heddy Shri Ahimsa-Putra (eds). Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu.

Piliang, Yasraf Amir. 2005. “Cyberspace dan Perubahan Sosial,” Balairung, Vol. 38, XIX.

Thamrin, Husni. 2003. “Problematika Masyarakat dan Kebudayaan Melayu di Asia Tenggara,” dalam Alam Melayu, Kumpulan Makalah Seminar Budaya Sedunia 2003. Pekanbaru: Panitia Bidang Seminar.

Suwardi. 1991. Budaya Melayu dalam Perjalanannya Menuju Masa Depan. Pekanbaru: Yayasan Penerbit MSI.

__________________
Mahyudin Al Mudra, adalah Pemangku Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM) Yogyakarta dan Pimpinan Umum www.MelayuOnline.com.

Dibaca : 2632

  Share  
Facebook



Berikan Komentar Anda:





12
Sahabat online

Hari ini : 106 Kemarin : 55 Minggu kemarin : 0 Bulan kemarin : 0

Anda pengunjung ke :
340.845

© 2010. All rights reserved.