Hernia…, meski t’lah cukup lama kita bersama,
Perceraian ini adalah yang terbaik untuk kita,
Walau diawal perpisahan ini aku harus menderita,
Kuikhlaskan engkau dengan talak tiga,
Hiduplah bersama lain pria, jejaka atau duda
Meskipun tidak tegap berotot seperti Ade Rai, dan tidak lincah bertenaga seperti Taufik Hidayat, alhamdulillah saya termasuk jarang sakit. Kalaupun sakit, paling-paling mulas, gatal, atau sariawan. Itupun jika sedang stres karena mengedit naskah buku yang amburadul, koneksi internet yang ngadat sehingga keenam website kami sulit diakses, atau tugas kuliah dari dosen yang tak terkejar deadline-nya karena harus mendahulukan menulis makalah seminar yang sudah terlanjur disanggupi. Mungkin juga sebenarnya beberapa organ tubuh saya tidak sehat-sehat sangat, tetapi saya tidak pernah memberi kesempatan kepada para penyakit untuk unjuk diri, sehingga saya selalu merasa baik-baik saja. Aktivitas yang selalu padat sepanjang hari dan baru berakhir jauh larut malam membuat saya tak sempat berkenalan dan beramah-tamah dengan penyakit-penyakit.
Ketika tiba-tiba dokter memvonis saya harus menjalani operasi dan opname beberapa hari di rumah sakit, tentu saja saya cukup kelabakan. Saya harus menata kembali acara yang sudah tercatat dalam agenda saya beberapa bulan kedepan, mencuri waktu dimana saya bebas dari keterikatan janji dengan orang/pihak lain. Dan karena saya tidak terbiasa duduk berdiam diri tanpa mengerjakan atau memikirkan suatu apa pun, maka ketika saya diharuskan masuk rumah sakit, semua kegiatan di rumahpun pindah ke rumah (tempat merawat orang) sakit itu. Laptop sudah pasti harus dibawa, juga beberapa buku dan alat pemutar musik Ipod lengkap dengan speakernya. Heboh seperti orang yang hendak camping atau traveling.
Beberapa hari yang lalu, saya harus masuk rumah sakit untuk menjalani sebuah operasi pembedahan. Sebenarnya penyakit saya masih dalam tahap awal, belum kritis, dan dokter yang simpatik itu mengatakan saya tidak harus buru-buru menjalani operasi. Masih bisa ditunda satu dua bulan lagi. Tapi karena saya merasa cukup terganggu dan kurang ‘pede’ oleh ketidakberesan tubuh saya, saya memutuskan untuk segera saja ‘berurusan’ dengan dokter dan rumah sakit. Let’s do it, doctor! Siapa takut? Ibarat kata orang Melayu: orang jual kita beli! Apa tanda Melayu sejati, musuh datang kita hadapi! (onde, apa pula hubungannya!?)
Ah, sebenarnya saya sakit apa sih? Itu yang sering ditanyakan oleh banyak kawan dan ‘teman’ sesama jamaah tarikat Fesbuqiyyah (Fesbuker). Penyakit saya ini adalah penyakit khas proletar, bukan penyakit aristokrat atau "mriyayeni", meski nama penyakit tersebut sungguh indah, asosiatif, seperti nama gadis cantik: Hernia Inguinalis. Penyakit ini khas laki-laki, meskipun ada juga beberapa wanita yang mengidapnya. Mengapa hernia menjadikan laki-laki sebagai idolanya? Karena hernia berhubungan dengan proses pembentukan dan pematangan testis. Tahu kan apa itu testis? Itu lho, ‘buah pus’.
Syahdan, menurut sahibul hikayat….disaat bayi laki-laki masih berada dalam kandungan, testisnya nangkring di dalam perut di sebelah kiri dan kanan (entah kenapa ‘desainer’nya merancang begitu). Dengan bertambahnya usia bayi, maka testis akan turun dari rongga perut, dan masuk ke dalam scrotum melalui sebuah saluran berlubang. Scrotum adalah….(dokter…tolong dong jelasin scrotum pada pembaca dalam bahasa sederhana). Itu lho ‘tempat bersemayamnya’ dua buah testis yang letaknya dibawah Mr.P. Lubang dalam saluran ini kemudian akan menutup dengan sendirinya. Tetapi procesus vaginalis (menutupnya lubang) ada kalanya tidak berlangsung sempurna. Nah, usus yang berada dalam rongga perut dan selalu bergerak dinamis karena mencerna makanan dan minuman, bisa terperosok ke dalam lubang ini sehingga keluar dari dalam rongga perut (tapi masih di dalam badan). Usus yang berwisata dan kemudian kejeblos ini akan tampak sebagai benjolan di bagian bawah perut. Jika si pemilik usus makan atau minum banyak, sehingga usus terisi penuh, atau usus terjepit di dalam gelang lubang, maka akan timbul rasa nyeri yang naudhubilah sakitnya.
Pada stadium awal, usus yang nakal itu masih bisa disuruh kembali ke tempat yang semestinya. Dengan berbaring dan mengurut tonjolan ke arah atas, usus akan masuk kembali ke dalam rongga perut dengan suka cita tanpa perlawanan berarti. Tapi jika gelang lubang menjadi semakin besar, dan usus yang ‘desersi’ itu mengajak pula teman-temannya, maka hernia bisa berbahaya. Jika usus yang terjepit tidak bisa kembali, aliran darah akan terhambat, dan usus dapat membusuk atau mengalami infeksi. Akibatnya, seluruh tubuh akan tercemar oleh infeksi tersebut, dan bisa membuat Malaikat Maut berminat untuk datang.
Jika hernia sudah parah, usus juga bisa bablas masuk ke scrotum. Akibatnya, scrotum akan membesar, dan sudah barang tentu sangat mengganggu aktivitas maupun performance kaum Adam. Meski penderitanya seganteng aktor sinetron berwajah indo dan mengenakan busana keluaran butik, atau punya jabatan keren semisal direktur sebuah lembaga penelitian terkemuka berskala internasional, tetapi manalah elok dipandang jika ukuran scrotumnya sampai sebesar buah cempedak atau bahkan sebesar bola yang sering diperebutkan oleh David Becham atau Lionel Messi? Jika sudah begini, pengobatannya tidak bisa hanya dengan diurut atau mengalungkan lipatan kain dengan tulisan rajah tertentu. Satu-satunya cara hanya bisa dilakukan dengan membuang scrotum dan usus yang ada di dalamnya. Hiiiy….ngeri kan?
Hernia bisa merupakan kondisi bawaan dari bayi, bisa juga merupakan kondisi yang baru terjadi di kemudian hari, setelah seseorang dewasa. Pekerja berat dan olahragawan berat, yang sering mengerahkan tenaga dan mengalami tekanan di perutnya (mengejan), berpotensi besar menderita hernia. Hernia inguinalis, hernia yang terjadi sesudah seseorang dewasa (jenis yang saya derita), merupakan jenis yang paling banyak terjadi, konon mencapai 67 persen dari seluruh penderita hernia. Hernia ini muncul di perut sebelah kanan bawah. Maka jika ada benjolan yang hilang-hilang timbul di perut kanan-bawah seorang pria, kecurigaan pertama (curiga boleh dong, asal tidak menuduh) patut dilayangkan pada penyakit bernama cantik ini.
Akhirnya operasi yang dilakukan di pagi hari Senin (18 Mei 2009) pukul 07.00 pagi hingga pukul 09.30 itu berjalan lancar dan selamat. Secara sederhana dalam bahasa non medis, operasi itu adalah tindakan untuk mengembalikan posisi usus yang nakal itu ke tempat asalnya dan menutup rute jalan yang biasa dilaluinya --tentu saja dengan merobek dinding perut saya terlebih dahulu! (Si Hernia itu besok pasti akan terkejut dan kecewa saat ia akan 'walking-walking' spt biasanya, lorong favoritnya itu kini telah tertutup tak bisa dilewati lagi). Petang harinya, saya sudah terbebas dari pengaruh anestesi dan sudah bisa mulai menulis hal-hal ringan atau mengomentari wall teman di FB. Alhamdulillah, ucapan syukur yang sedalam-dalamnya saya panjatkan kehadhirat Allah SWT. Terimakasih yang setulus-tulusnya saya sampaikan kepada Dr. Darmawan Sudomo Sp.B., dokter bedah yang telah berhasil menceraikan hernia dari kehidupan saya, Dr. Suharnadi Sp. PD. yang memantau diabetes dan trigliserit saya sehingga tubuh saya tidak berubah menjadi pabrik gula, serta Dr. Himawan Sp. An dengan aji-ajiannya ‘lampah lumpuh’ yang sakti, telah membuat saya terbius beberapa jam sehingga tidak merasakan tajamnya pisau bedah Dr. Darmawan mengiris perut saya. (Lihat Catatan terkait: Penyiksaan Terencana di Pagi yang Kelabu .
Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada seluruh paramedis di ruang operasi, serta suster perawat di Paviliun Maria, Rumah Sakit Panti Rapih, yang dengan ramah dan telaten telah merawat, dan memantau perkembangan kondisi saya pasca operasi. Buat suster Endah (meski bukan muhrim saya) yang tetap selalu tersenyum saat memandikan saya setiap pagi dan petang. Lupakan saja jika suster terpaksa melihat pemandangan yang sungguh tak elok (maklum lagi sakit, Suster. Coba kalau sehat…keren abiz). Semoga kita bertemu lagi, tetapi tidak di ruang operasi atau di ruang perawatan rumah sakit.
Tak lupa, ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya juga saya sampaikan kepada para kerabat dan sahabat, baik sahabat di dunia nyata maupun sahabat di dunia maya, yang telah mengirimkan doa, melimpahkan perhatian, meluangkan waktu menengok ke rumah sakit maupun ke rumah, serta membawakan bunga ataupun buah tangan lainnya. Persaudaraan dan persahabatan yang sungguh menghangatkan hati dan membuat hidup saya menjadi indah dan kaya warna. Saya patut bersyukur mendapatkan sahabat-sahabat seperti Anda semua.
Last but not least, saya mengucapkan terimakasih yang tulus kepada seluruh keluaraga saya, yang dengan sabar dan setia menemani saya selama menjalani perawatan di rumah sakit, dan juga mengabadikan seluruh proses pengobatan yang saya jalani dengan kameranya, sehingga menjadi sebuah dokumentasi keluarga yang sangat berharga.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmatNya kepada kita semua. Amin.