Kamis, 13 November 2025

MelayuOnline.com: Pusat Data Melayu dan Kemelayuan Se–Dunia

MELAYUONLINE.COM: PUSAT DATA MELAYU DAN KEMELAYUAN SE-DUNIA

(Kertas Kerja ini Disampaikan Dalam Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia (KPDI) Ke-2. Tema: "Perpustakaan dan Pelestarian Khasanah Budaya Bangsa dalam Format Digital". Jakarta (Hotel Millenium), 10 - 12 Desember 2009. Penyelenggara: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI). Peserta: Pengelola Perpustakaan Provinsi dan Perpustakaan Universitas di Indonesia).

Keynote Speech: "Menyiapkan Manusia Indonesia Menghadapi Tantangan Digital" (Prof. Dr. Nizam/Sekretaris Ditjen Dikti).
TOPIK: 1). "World Digital Library" (William P.Tuchrello (Library of Conggress). 2) "Pembangunan Perpustakaan Digital" (Drs. Supriyanto, MSi/Perpustakaan Nasional RI). 3). "Digitalisasi Warisan Budaya Nasional Ditinjau dari Perspektif Hukum" (Prof.Dr. Achmad M.Ramli, SH, MHum/Kepala BPHN). 4). "Program Pencatatan Warisan Budaya Tak Benda" (Drs.Harry Waluyo, MHum/Kapus Litbang Kebudayaan). 5). "Badan Pelestarian Pusaka Indonesia dan Upaya Pendokumentasian Pusaka di Ind" (Ir. Catrini Pratihari Kubontubuh, M.Arch/BPPI). 6). "Repository Pada Perguruan Tinggi" (Drs. Jonner Hasugian/Perpustakaan USU). 7). Upaya Pelestarian Warisan Buadaya Dalam Format Digital" (Dr.Oman Fathurohman/Manassa). 8). "Indonesian Digital Library Network Dalam Program Pembangunan Perpustakaan Digital Nasional" (Ir.Beni Rio Hermanto/KMRG ITB). 9). "Jogja Library For All Dalam Program Pembangunan Perpustakaan Digital Nasional" (Drs.Ida Fajar, MSc/Perpustakaan UGM). 10). "Alih Format dan Alih Media Arsip Non Digital ke Format Digital" (Drs. Muhammad Razak, MSi/Perpusnas RI). 11). "Membangun dan Mengelola Situs Web MelayuOnline.com" (Mahyudin Al Mudra, SH.MM/Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu -BKPBM). 12). "Indonesian Scientific Journal Database" (Lukman, ST/PDII LIPI). 13). Indonesian Scientific Information Resources" (Dra. Luki Wijayanti. MSi/Kepala Perpustakaan Universitas Indonesia- UI)

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MelayuOnline.com: Pusat Data Melayu dan Kemelayuan se Dunia
Oleh: Mahyudin Al Mudra, SH. MM

A. Pendahuluan: Tapak Sejarah Melayuonline.com

“Peradaban Melayu jangan hanya dititipkan kepada Malaysia saja”

Kalimat bernada pilu tersebut, penulis sampaikan pada 1 Muharram 1428 Hijriah (20 Januari 2007), tepatnya ketika portal Melayu Sedunia, http://www.melayuonline.com/ (untuk selanjutnya ditulis MelayuOnline.com), diluncurkan. Dalam kesempatan tersebut, penulis juga menyampaikan bahwa peluncuran MelayuOnline.com merupakan ekspresi kecintaan kepada Melayu. Ternyata, kecintaan tersebut juga menumbuhkan kegelisahan yang sangat luar biasa karena warisan dan nilai-nilai budaya Melayu semakin terpinggirkan dari tengah-tengah kehidupan masyarakat Melayu modern. Padahal, kebudayaan Melayu masa lalu telah memberikan sumbangsih yang sangat besar terhadap terbentuknya peradaban Asia Tenggara masa kini.

Munculnya ungkapan “peradaban Melayu jangan hanya dititipkan kepada Malaysia saja” merupakan kesimpulan dari usaha penulis dalam melestarikan dan mengembangkan Melayu dan kemelayuan melalui Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM). Upaya BKPBM dalam melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Melayu selalu saja menghadapi kendala, walaupun pada akhirnya kendala-kendala tersebut justru menjadi trigger diluncurkannya MelayuOnline.com.

Sedikitnya ada empat kendala yang dihadapi oleh BKPBM dalam menjalankan program-programnya. Pertama, ketika membicarakan Melayu, yang segera terbayang adalah Malaysia. Malay is Malaysia, demikianlah kira-kira respon yang akan kita dengar ketika membicarakan Melayu, baik dalam kancah nasional, regional, maupun internasional. Padahal, sebagai orang yang lahir di kawasan Sumatra, dalam diri penulis sejak kecil telah muncul kesadaran bahwa penulis adalah orang Melayu.

Kedua, data-data tentang Melayu dan kemelayuan senantiasa merujuk ke Malaysia. Setiap menulis kata Melayu atau Malay di search engine (seperti google, msn, bing, dll), search engine selalu menampilkan data yang merujuk ke Malaysia, sangat sedikit (untuk mengatakan tidak ada) yang merujuk ke Indonesia. Fakta yang kedua inilah yang nampaknya menjadikan Melayu seolah-olah hanyalah Malaysia.

Ketiga, sulitnya menemukan data-data tentang Melayu dan kemelayuan. BKPBM merasakan betul sulitnya mendapatkan data-data tentang Melayu dan kemelayuan. Walaupun secara teori Melayu berasal dari kawasan Sumatra, tetapi data-data tentang Melayu dan kemelayuan baru dapat kita temukan di perpustakaan-perpustakaan luar negeri. Deskripsi dan bentuk stempel Kerajaan Indragiri misalnya, penulis dapatkan dari perpustakaan Leiden, Belanda.

Keempat, konsepsi Melayu yang semakin membeku (eksklusif). Jika membicarakan Melayu, maka selalu muncul anggapan bahwa Melayu adalah Islam, berbahasa Melayu, menjalankan adat resam Melayu, dan tinggal di kawasan Melayu. Bagi penulis, sebagai anak jati Melayu, keberadaan konsepsi tersebut sangat meresahkan, mengkhawatirkan, dan mengingkari realitas yang sebenarnya. Jika dilakukan pengkajian secara jujur dengan memperhatikan realitas yang ada, watak eksklusif Melayu ini muncul sejak Kesultanan Melayu dikuasai oleh kolonialisme. Watak ekskusif ini semakin menemukan momentum ketika Inggris dan Belanda menandatangani Traktat London (London Treaty) pada 17 Maret 1824 yang membagi kawasan Melayu menjadi dua bagian, yaitu wilayah semenanjung dibawah kekuasaan Inggris dan wilayah Sumatra dan Jawa di bawah kekuasaan Belanda. Fenomena ini terus berlangsung, dan semakin menguat, ketika di kawasan Melayu terbentuk beberapa negara-bangsa pasca kolonial.

Keempat fenomena yang cukup mengusik rasa nasionalisme tersebut menyadarkan penulis dan tim BKPBM untuk melakukan empat langkah nyata sebagai jawaban dari kendala-kendala tersebut di atas. Pertama, melakukan counter wacana terhadap pandangan umum bahwa Melayu adalah Malaysia. Kedua, memproduksi dan mereproduksi data-data kemelayuan dari kawasan Indonesia, dan menyebarkannya sehingga orang-orang yang mencari data-data tentang Melayu tidak hanya disuguhi data-data tentang Melayu Malaysia. Ketiga, menyediakan data-data tentang Melayu dan kemelayuan yang mampu diakses secara mudah dan murah oleh siapa saja yang ingin mengetahuinya, baik secara serius-mendalam, maupun ringkas-sepintas. Keempat, melakukan pembongkaran terhadap Melayu yang semakin eksklusif, baik secara agama, etnis, maupun batas-batas geografis administrasi pemerintahan. Dengan kata lain, diperlukan pendefinisian ulang terhadap Melayu secara holistik dan mensinergikan nilai-nilai Melayu dan kemelayuan dengan kemodernan.

Persoalannya adalah bagaimana keempat hal tersebut dapat tersaji dalam dunia yang berubah sangat cepat akibat dari ditemukannya teknologi informasi yang memungkinkan terjadinya arus informasi secara cepat dan dalam jangkauan sangat luas, sehingga terjadi –meminjam bahasa Arjun Appadurai-- “deteritorialisasi”. Keberadaan media-media informasi tersebut telah “melipat-lipat” jarak dan batas-batas geografis sehingga menjadi kabur.

Deteritorialisasi ini merupakan titik balik peradaban kontemporer yang memiliki implikasi sangat luas dalam berbagai proses sosial dan budaya. Proses perubahan terpenting yang melanda masyarakat Melayu adalah perubahan cara berpikir dan cara memandang dunia. Media-media informasi tersebut telah membuat orang modern dapat mengetahui dan bahkan “merasakan” kejadian yang terjadi di daerah lain dalam waktu yang bersamaan, sehingga manusia modern dapat memilih untuk menjadi manusia dengan ‘status kewarganegaraan’ negara apa saja, menjalankan budaya seperti budaya apa saja, dan tentu saja dapat menjadi anggota komunitas sesuai dengan keinginannya.

Setelah mempelajari fenomena tersebut, penulis dan tim BKPBM memutuskan untuk memanfatkan cyber media sebagai media untuk menyebarkan informasi dan data-data Melayu dan kemelayuan hasil kerja BKPBM. Dengan menyebarkan luaskan hasil-hasil kerja BKPBM dengan cyber media, data-data kemelayuan hasil kerja BKPBM dapat dinikmati oleh masyarakat Melayu yang telah menyebar ke segenap penjuru dunia pada khususnya, dan masyarakat dunia pada umumnya. Pemanfataan cyber media ini, juga memberikan kesempatan yang sangat luas kepada masyarakat dunia untuk mendapatkan informasi berharga tentang Melayu dan kemelayuan secara mudah dan murah. Dengan hanya duduk di depan komputer yang terkoneksi dengan internet, maka siapapun akan mendapatkan informasi tentang Melayu dan kemelayuan se dunia. Selain itu, pada saat yang bersamaan, strategi ini akan menjadi counter terhadap wacana yang telah mapan bahwa Malay is Malaysia. Maka sejak 20 Januari 2007, BKPBM melahirkan pangkalan data Melayu se-Dunia “www.melayuonline.com.”

B. Membangun Situs MelayuOnline.com

Tidak dapat dipungkiri bahwa membangun pangkalan data Melayu dan kemelayuan yang komprehensif dan memiliki paradigma holistik sehingga mampu menjawab beberapa problem ketika membicarakan Melayu dan kemelayuan sebagaimana telah disampaikan di atas tidaklah mudah. Hal inilah yang penulis dan tim BKPBM hadapi ketika meluncurkan www.melayuonline.com. Penulis menyadari bahwa jika tidak dilakukan secara hati-hati dengan pendekatan ilmiah ketat, maka bukan tidak mungkin MelayuOnline.com hanya seperti pangkalan-pangkalan data yang telah ada sebelumnya, baik dalam segi isi, maupun paradigma yang hendak dibangun.

Setelah didiskusikan secara panjang lebar, baik dalam internal para peneliti BKPBM, maupun dengan para konsultan, maka MelayuOnline.com harus memiliki empat prinsip dasar. Pertama, mempunyai paradigma inklusif. Pasca takluknya kesultanan-kesultanan Melayu di tangan para penjajah yang diikuti oleh munculnya negara-bangsa dikawasan Melayu, menjadikan watak Melayu berubah dari inklusif menjadi eksklusif. Hal ini terjadi karena Melayu dipahami secara reduktif dan dimasukkan dalam kotak sempit bernama kepentingan, baik yang berbau ras, etnis, agama, maupun politik.

Paradigma inklusif yang diusung MelayuOnline.com melahirkan konsekuensi bahwa MelayuOnline.com harus mampu mewadahi semua dialektika sejarah, budaya, sosial, dan politik yang terjadi di kawasan Melayu. Jika selama ini sejarah Melayu seolah-olah berawal dari keberadaan kesultanan-kesultanan Islam di kawasan Melayu, maka dalam MelayuOnline.com sejarah Melayu berawal dari tiga gelombang migrasi ke kawasan Melayu, yaitu (1) migrasi ras Weddoid yang terjadi sebelum 2.500 SM; (2) Proto-Melayu (ras Melayu Tua) sekitar tahun 2.500-1.500 SM, dan (3) Deutro-Melayu (ras Melayu Muda) setelah 1.500 SM.

MelayuOnline.com juga tidak meletakkan Melayu sebagai Islam, sebagaimana anggapan masyarakat saat ini. Bagi MelayuOnline.com, keislaman orang-orang Melayu hanyalah merupakan salah satu jejak dari dialektika Melayu dengan berbagai macam kebudayaan dunia. Kawasan Melayu berada pada posisi strategis karena menjadi penghubung kawasan-kawasan di dunia. Kondisi ini, menyebabkan kawasan Melayu selalu disinggahi oleh orang-orang dari daerah lain yang memiliki kebudayaan yang berbeda, sejak dulu hingga saat ini. Dari kajian historis dengan memperhatikan bukti-bukti etnografis, maka kita akan mengetahui bahwa Melayu dipengaruhi oleh kebudayaan pra Hindu-Buddha, Hindu-Buddha, Cina, Islam, Eropa, dan kebudayaan modern.

Dengan mempertimbangkan beberapa hal tersebut di atas, maka paradigma inklusif MelayuOnline.com adalah memberikan ruang seluas-luasnya agar segenap fenomena kebudayaan dengan segala dialektikanya yang terjadi dalam rentang sejarah Melayu dapat terwadahi oleh MelayuOnline.com. Dengan cara ini, MelayuOnline.com dapat menyajikan kajian tentang Melayu dan kemelayuan secara integratif dan komprehensif, sehingga Melayu tampak luas, kompleks dan kaya akan khazanah sejarah dan budaya.

Kedua
, struktur MelayuOnline.com berdasarkan kolaborasi antara geopolitik dan geobudaya. Struktur penyajian data yang baik, tidak saja akan memudahkan para pembaca menemukan informasi yang diperlukan, tetapi juga sebagai pertanggungjawaban ilmiah terhadap keberadaan portal tersebut. Demikian juga dengan struktur MelayuOnline.com. Dengan menggunakan paradigma geopolitik, struktur MelayuOnline.com mampu mewadahi wilayah Melayu dan persebarannya, seperti Melayu Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, Filipina, Thailand, Myanmar, Kamboja, hingga Madagaskar dan Afrika Selatan. Dalam konteks Melayu Indonesia, struktur geopolitik MelayuOnline.com dapat mewadahi semua wilayah Melayu di Indonesia yang terbagi ke dalam struktur pemerintahan pusat hingga kabupaten, seperti Melayu Aceh Besar, Melayu Medan (Sumatra Utara), Melayu Tembilahan (Riau), dan lain sebagainya.

Sedangkan paradigma geobudaya memungkinkan MelayuOnline.com untuk mewadahi semua hal tentang hasil kebudayaan Melayu. Dari kebudayaan yang berkembang di masyarakat umum, hingga yang pernah berkembang di kalangan istana. Selain itu, paradigma geobudaya memungkinkan setiap hasil kebudayaan dapat tersaji secara detail dan mendalam. Misalnya ketika membahas Kain Ulos dari Sumatra Utara. Dengan menggunakan perspektif geobudaya, maka tulisan Kain Ulos harus memiliki 5 sub pembahasan, yaitu: (a) asal-usul, (b) bahan-bahan dan peralatan, (c) waktu pembuatan, (d) proses pembuatan, (e) nilai-nilai, dan (f) penutup. Dengan cara ini, masyarakat tidak hanya tahu tentang Kain Ulos, tetapi juga mengetahui sejarah dan nilai-nilai terkandung di dalam Kain Ulos.

Ketiga, memenuhi kebutuhan informasi semua lapisan masyarakat. Data-data yang disajikan oleh MelayuOnline.com harus mampu memenuhi kebutuhan informasi tentang Melayu baik yang ingin mengetahui Melayu secara serius-mendalam, maupun hanya secara ringkas-sepintas. Dengan kata lain, MelayuOnline.com harus mampu menjadi rujukan bagi mereka yang sedang melakukan penelitian tentang Melayu, dan pada saat bersamaan juga menyediakan informasi sepintas tentang Melayu, misalnya tentang pantun anak muda, dan sebagainya.

Keempat, menggunakan bahasa yang dimengerti masyarakat dunia. Penyajian data-data Melayu dan kemelayuan dalam bahasa yang dimengerti secara luas oleh masyarakat dunia sangat penting. Karena hanya dengan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh masyarakat dunia, maka informasi tentang Melayu dan kemelayuan yang dilaungkan MelayuOnline.com dapat diterima oleh masyarakat dunia. Oleh karena itu, sejak diluncurkan MelayuOnline.com telah dipublikasikan dengan menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan Inggris. Selang beberapa waktu kemudian, MelayuOnline.com juga ditambah dengan bahasa Perancis. Dalam jangka panjang, MelayuOnline.com akan dipublikasikan dalam bahasa-bahasa resmi PBB.

C. Mewujudkan Konsep ke dalam Struktur MelayuOnline.com

Walau telah berhasil merumuskan prinsip-prinsip dasarnya, bukan berarti membangun MelayuOnline.com sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut menjadi mudah. Tetapi dengan terus melakukan komunikasi dengan para pakar dalam bidang kesusastraan Melayu, antropologi, teknologi informasi, dan lain sebagainya, penulis dan tim BKPBM terus berupaya untuk membangun struktur portal yang sistematis, komprehensif dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Seluruh aspek Melayu, seperti sejarah, budaya, sastra, bahasa dan lain-lain diklasifikasi sedemikian rupa, sehingga menjadi sebuah struktur yang menunjukkan kegemilangan sejarah dan kebudayaan Melayu.

MelayuOnline.com memiliki 26 menu, yaitu: Beranda; Berita; Opini, Artikel; Sejarah Melayu; Budaya Melayu; Sastra Melayu; Tokoh Melayu; Peneliti/Periset Melayu; Penghargaan; Kamus Melayu; Ensiklopedi Melayu; Agenda; Direktori; Pautan; Forum; Resensi Buku; Perpustakaan; Koleksi; Kedai; Komentar Tamu; Tentang Kami; Kerjasama; Hubungi Kami; Donasi; dan Peta Situs. Setiap menu dibagi lagi dalam berbagai sub menu maupun sub-sub menu lain yang komprehensif, sehingga kehadiran portal ini diharapkan dapat memenuhi misinya sebagai pangkalan data dan informasi Melayu dan kemelayuan se-dunia.

Dari ke-26 menu tersebut, ada tiga menu yang menjadi menu utama MelayuOnline.com, yaitu sejarah, budaya, dan sastra Melayu. Pertama, menu sejarah Melayu. Menu ini berisi informasi tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi di dunia Melayu. Sejarah yang dimaksud di sini adalah jejak-jejaknya dapat dilacak melalui kejadian sejarah, baik berupa manuskrip, prasasti, sejarah lisan mapun artefak. Dalam MelayuOnline.com, sejarah Melayu dibagi dalam tiga kategori: (1) naskah sejarah, (2) kerajaan Melayu dan (3) situs sejarah, seperti candi, masjid, istana, benteng, dan makam.

Kedua, Budaya Melayu. Budaya dapat dipahami sebagai sistem dalam masyarakat yang berkaitan dengan nilai, kepercayaan dan perilaku. Kebudayaan Melayu yang dibahas oleh MelayuOnline.com tidak lepas dari hal-hal yang berkaitan dengan unsur-unsur kebudayaan yang universal, seperti pandangan hidup, kesenian, sistem religi, sastra, kuliner, upacara adat, organisasi sosial, peralatan, busana, artefak, bahasa, bangunan, pengobatan tradisional, dan hukum adat Melayu.

Ketiga, sastra Melayu. Sastra Melayu yang dimaksud oleh MelayuOnline.com adalah sastra yang berkembang di kawasan Melayu. Sastra tersebut dibagi dua, yaitu (1) Kesejarahan Sastra Melayu dan (2) Hasil-Hasil Kesusastraan Melayu. Kesejarahan Sastra Melayu dibagi ke dalam enam bagian, yaitu: (a) Masa pra sejarah, (b) masa Hindu-Buddha, (c) masa Islam, (d) masa kolonial, (e) masa cina, (f) masa pasca kolonial. Sedangkan hasil-hasil kesusastraan Melayu diklasifikasikan dalam dua kategori: (a) Kesusastraan Melayu Tradisional dan (b) Kesusastraan Melayu Modern.

Setelah berhasil menyusun struktur kolaborasi antara geopolitik dan budaya, tantangan lebih lanjut yang tidak kalah sulitnya adalah menyediakan tenaga ahli yang tidak saja mempunyai keahlian dalam bidang kajian budaya dan sejarah Melayu, tetapi juga berdedikasi tinggi dan mempunyai kemampuan menulis mumpuni, khususnya dalam studi kebudayaan. Hanya dengan cara ini, data-data tentang Melayu dan kemelayuan dapat tersaji dengan baik, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Jika selama ini masyarakat cenderung melihat data-data dan informasi yang disediakan oleh media online sering dianggap sampah belaka, maka MelayuOnline.com dengan struktur yang holistik dengan menggabungkan paradigma geopolitik dan geobudaya ingin menyadarkan semua pihak bahwa media online jika dikelola secara baik berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah dapat menjadi sumber pengetahuan yang mencerdaskan sekaligus mencerahkan. Oleh karena itu, agar dapat dinikmati oleh segenap masyarakat dunia, data-data MelayuOnline.com disajikan selain dalam bahasa Indonesia juga dalam bahasa Inggris dan Perancis. Dan nantinya, MelayuOnline.com, dengan partisipasi dan bantuan semua pihak yang peduli terhadap pelestarian dan pengembangan budaya Melayu, juga akan disajikan dalam bahasa-bahasa dunia lainnya. Harapannya, data-data Melayu dan kemelayuan yang disajikan oleh MelayuOnline.com dapat dinikmati oleh segenap lapisan masyarakat di segenap penjuru dunia. Dengan kata lain, keberadaan MelayuOnline.com dapat menjadi media untuk melakukan tranformasi ide, gagasan, dan ideologi inklusif Melayu kepada masyarakat Melayu pada khususnya, dan penduduk dunia pada umumnya.


D. MelayuOnline.com: Simpul Data Melayu yang Menyatukan

“Pak Mahyudin, jika dalam pertemuan sebelumnya di Kantor MABM (Majlis Adat Budaya Melayu, red) Kalimantan Barat saya berpendapat bahwa Melayu hanyalah mereka yang beragama Islam, maka setelah menelaah data-data dan informasi yang disajikan oleh MelayuOnline.com saya kini mengatakan bahwa Melayu tidak hanya mereka yang beragama Islam.”

Kutipan di atas merupakan salah satu bagian dari kata sambutan mantan Ketua Umum Majlis Adat Budaya Melayu, almarhum Abang Imien Taha, dalam silaturahim antara tokoh-tokoh Melayu Serantau dengan keluarga besar Kesultanan Matan di Istana Matan Tanjungpura, Ketapang, Kalimantan Barat (30 Mei 2009). Mendengar kata-kata Abang Imien tersebut penulis sungguh sangat terkejut, karena beberapa bulan sebelumnya beliau masih dengan sangat keras mengkritik konsep Melayu yang diusung oleh MelayuOnline.com.

Apa yang disampaikan oleh Abang Imien Taha tersebut merupakan satu dari sekian fenomena yang sama yang dialami oleh MelayuOnline.com. Ketika kali pertama definisi Melayu versi MelayuOnline.com diduniakan, tidak sedikit (untuk tidak mengatakan sangat banyak) yang mengkritik dan menentangnya, baik dari kalangan pemangku adat Melayu di dunia, maupun kalangan perguruan tinggi, baik dari Indonesia maupun luar negeri. Bahkan ada juga, para akademisi yang datang ke kantor MelayuOnline.com hanya untuk menguji definisi Melayu versi MelayuOnline.com. Namun setelah sekitar 1 tahun konsep Melayu versi MelayuOnline.com dilaungkan dengan disertai data-data penunjang yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, akhirnya definisi Melayu versi MelayuOnline.com secara perlahan mulai diterima oleh masyarakat Melayu se-dunia.

Fenomena mulai diterimanya definisi Melayu versi MelayuOnline.com oleh masyarakat Melayu, baik dalam komunitas adat maupun akademis dan masyarakat umum, menujukkan bahwa MelayuOnline.com telah berhasil melakukan tiga hal. Pertama, MelayuOnline.com telah berhasil “mengangkat batang terendam Melayu” yang selama ratusan tahun terkubur bersama sejarah kelam Melayu. Dengan MelayuOnline.com menjadi sumber rujukan utama tentang Melayu dan kemelayuan, maka dengan sendirinya nilai-nilai luhur Melayu yang disebarluaskan oleh MelayuOnline.com akan menyadarkan dan menggugah kesadaran orang-orang Melayu akan kemelayuannya. Selain itu, MelayuOnline.com juga telah “menyadarkan” masyarakat dunia bahwa Melayu tidak hanya Malaysia, tetapi terhampar dari dari Indonesia hingga Madagaskar dan Afrika Selatan.

Kedua. MelayuOnline.com mengajak orang-orang Melayu untuk melihat dan berbicara tentang dirinya sendiri dengan kacamatanya sendiri. Jika kita mau jujur, pandangan orang Melayu terhadap Melayu selama ini dipengaruhi oleh cara pandang Eropa (erosentrisme) terhadap Melayu. Batas-batas elitis yang selama ini melingkupi dunia Melayu, dengan adanya definisi-definisi Melayu yang ditinjau dari perspektif linguistik, politik, geografi, etnis, bahkan agama merupakan bukti nyata dari pengaruh cara pandang erosentrisme ini. Dengan melihat Melayu menggunakan definisi-definisi tersebut, maka Melayu terbelah menjadi bagian-bagian kecil yang terlokalisir dalam identitas agama tertentu. Pandangan-pandangan tersebut secara jelas menunjukkan bahwa paradigma erosentrisme sudah sampai pada level akut dan mempengaruhi cara pandang serta pola pikir publik dalam melihat Melayu, bahkan di dalam kalangan orang-orang Melayu sendiri. Padahal, erosentrisme merupakan buah dari pandangan Eropa untuk menaklukkan Melayu. Dan ketika diambil alih oleh orang-orang Melayu, maka pandangan tersebut akan menjadi penghambat utama bagi orang-orang Melayu untuk maju, apalagi untuk mewujudkan tujuan besar.

MelayuOnline.com melalui ke-26 menu yang dimiliki, khususnya menu-menu Sastra Melayu, Budaya Melayu, dan Sejarah Melayu, mengajak orang-orang Melayu untuk berbicara tentang dirinya sendiri. Jika selama ini sejarah Melayu hanya dibatasi pada zaman Islam sebagaimana pandangan Eropa, maka MelayuOnline.com mengajak orang-orang Melayu untuk melihat jauh ke belakang melewati batas Islam. Jika selama ini Melayu diidentikkan hanya dengan Islam, maka MelayuOnline mengajak untuk melihat bahwa Islam hanyalah bagian dari tahapan sejarah Melayu. Jika selama ini Melayu dilekatkan hanya kepada mereka yang berada dikawasan semenanjung Malaya, maka MelayuOnline.com menunjukkan kepada para pembacanya bahwa orang-orang Melayu telah menyebar ke berbagai pelosok penjuru dunia. Apa yang dilakukan oleh MelayuOnline.com ini merupakan cara untuk mengajak orang-orang Melayu agar mengenal dirinya sendiri, bahwa kebudayaan Melayu dibangun dan diperkaya oleh berbagai macam peradaban dunia. Jika ini telah disadari oleh orang-orang Melayu, maka mereka akan mampu melihat Melayu dengan kacamata Melayu.

Ketiga, membangun solidaritas Melayu. Salah satu poin terpenting akibat dari paradigma erosentrisme bagi Melayu adalah terpecahnya orang-orang Melayu dalam sekat-sekat etnis, politik, ras, dan bahkan agama. MelayuOnline.com dengan paradigma inklusifnya mengajak semua orang Melayu untuk menghilangkan sekat-sekat tersebut, dan membangun hubungan baru yang berlandaskan kesamaan sejarah dan kultur. MelayuOnline.com dalam hal ini dapat menjadi jembatan antara orang-orang Melayu yang tersebar di segenap penjuru dunia dengan latar belakang politik, suku, dan agama yang berbeda.

Sejak diluncurkan pada 20 Januari 2007, MelayuOnline.com telah dikunjungi sekitar 65 juta kali. Artinya, MelayuOnline.com telah menyebarluaskan nilai-nilai Melayu dan kemelayuan, serta menggugah mereka untuk membangun solidaritas Melayu kepada sekitar 70 juta pembacanya. Makna penting keberadaan MelayuOnline.com dapat dilihat pada penandatanganan dukungan terhadap MelayuOnline.com oleh para tokoh dari sejumlah negara Melayu serumpun, termasuk Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, serta Thailand, pada 11 Juni 2009, bertempat di Kedah, Malaysia. Para perwakilan dari negara-negara rumpun Melayu tersebut berharap, kehadiran MelayuOnline.com dapat menjadi wahana jembatan solidaritas rumpun Melayu sedunia dan mampu mewarnai laju perkembangan globalisasi yang cenderung berwajah tunggal.

Untuk lebih mengintensifkan gerakan “mengangkat batang terendam” dan membangun kembali kegemilangan tamaddun Melayu, penulis dan tim BKPBM meluncurkan empat portal pendukung MelayuOnline.com, yaitu wisatamelayu.com, rajaalihaji.com, ceritarakyatnusantara.com, dan TengkuAmirHamzah.com.

E. Penutup


Dari pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa MelayuOnline.com merupakan pangkalan data Melayu dan kemelayuan yang besar dan futuristik. Dengan menggunakan paradigma inklusif, segala aspek Melayu dan kemelayuan digali dan didokumentasikan dalam sebuah portal dengan struktur yang sistematis, komprehensif, dan mendunia. Kerjasama antara semua kalangan Melayu, dalam mewujudkan cita-cita itu, sangat diperlukan.

MelayuOnline.com akan terus diupayakan menjadi pusat data tentang Melayu dan kemelayuan yang menjadi rujukan seluruh umat manusia yang ingin mengetahui Melayu dan kemelayuan baik secara serius mendalam, maupun secara ringkas sepintas. Data-data yang disajikan dan paradigma yang ditawarkan oleh MelayuOnline.com diharapkan dapat menjadi pencerahan bagi masyarakat Melayu untuk melihat Melayu dengan menggunakan kacamata Melayu, serta menjadi jembatan untuk membangun solidaritas antar orang-orang Melayu yang tersebar di segenap penjuru dunia.

Tentu saja, rintisan MelayuOnline.com ini akan memberikan manfaat yang lebih besar jika mendapatkan dukungan nyata dari masyarakat. Kerjasama-kerjasama dalam berbagai bidang, seperti sharing data dan pengadaan dana sangat diperlukan untuk memperkuat kegiatan-kegiataan kebudayaan semacam ini. Semoga kerjasama-kerjasama yang diharapkan dapat terwujud dan semoga apa yang telah kita perbuat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

-----------------------------------------------------
1) Mahyudin Al Mudra, SH. MM., adalah pemangku adalah Pemangku Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM) Yogyakarta, dan Pimpinan Umum www.melayuonline.com, www.wisatamelayu.com, www.rajaalihaji.com, www.ceritarakyatnusantara.com, www.infokorupsi.com, dan www.tengkuamirhamzah.com.

2) Dalam Orasi Kebudayaan “Kalau Rubuh Kota Melaka, Papan di Jawa Kami Tegakkan, Kalau Jatuh Marwah Negara, Budaya Bangsa Kami Bangunkan" memperingati Ulang Tahun (Milad) II MelayuOnline.com, 20 Januari 2009, penulis jelaskan bahwa kebudayaan Melayu masa lalu telah menjadi salah satu peletak dasar peradaban Asia Tenggara saat ini. Kebudayaan yang saat ini berkembang di Indonesia, Malaysia, Brunai, Singapura, Thailand, Filipina, Kamboja, Srilanka, hingga Madagaskar dan Afrika Selatan, adalah peradaban yang tumbuh dan berkembang di atas elemen-elemen kebudayaan Melayu.

3) Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM) didirikan pada 4 Juli 2003 dan didedikasikan untuk melestarikan dan mengembangkan Melayu dan kemelayuan melalui cara dokumentasi, replikasi, duplikasi, dan publikasi dengan memanfaatkan perkembangan tekhnologi.

4) Pandangan ini tidak hanya dimiliki oleh orang-orang Malaysia dan internasional, tetapi juga oleh orang Indonesia sendiri. Hal ini penulis sadari ketika pejabat dilingkungan departemen di Jakarta meminta salah seorang Professor di Universitas Gadjah Mada (yang secara kebetulan merupakan konsultan MelayuOnline.com) untuk “memata-matai” kegiatan BKPBM dan MelayuOnline.com. Permintaan tersebut ternyata muncul karena pejabat tersebut menganggap BKPBM dan MelayuOnline.com merupakan mata-mata yang secara sengaja ditanam oleh pihak Malaysia.

5) Salah satu program kerja BKPBM adalah adalah melakukan replikasi dan duplikasi barang-barang warisan budaya. Alasan utama melakukan replikasi dan duplikasi adalah agar warisan budaya tersebut tidak musnah dan menjadi sumber pengetahuan bagi generasi bangsa. Pertanyaannya adalah dari mana BKPBM mendapatkan data-data tentang benda-benda warisan budaya tersebut? Informasi dan data-data tersebut diperoleh dari museum-museum di luar negeri. Oleh karena itu, walaupun di Museum Pinang Lima (Kantor BKPBM dan MelayuOnline.com) saat ini tersimpan beberapa replikasi dan duplikasi benda-benda warisan budaya, belum tentu benda-benda tersebut masih ada di tanah asalnya.

6) Isi Traktat London tersebut, antara lain: Kota dan benteng Melaka beserta rantau jajahan takluknya dengan ini diserahkan kepada Kemaharajaan Britania Raya dan Raja Kerajaan Belanda berjanji, untuk dirinya dan untuk rakyatnya, tidak akan pernah mendirikan kantor dalam bahagian Semenanjung Melaka atau memperbuat perjanjian dengan raja-raja Melayu, kepala-kepala negara yang berkedudukan di semenanjung itu (Pasal 10). Z.M. Raja Belanda tidak akan mencampuri mengenai pendudukan Pulau Singapura oleh Kemaharajaan Britania Raya. Kemaharajaan Britania Raya tidak akan mendirikan kantor di Kepulauan Karimun, atau di Pulau Batam, Bintan, Lingga atau lain-lain pulau yang terletak di sebelah Selatan Selat Singapura, dan tidak akan memperbuat perjanjian dengan kepala-kepala yang ada di situ (Pasal 12). (E. Netscher, 2002:465-466).

7) Saat ini, masyarakat Nusantara maupun Internasional mengangap bahwa Melayu adalah Islam. secara Pendapat ini tidak salah, tetapi tidak sepenuhnya benar. Munculnya pandangan ini tidak lepas dari pendefinisian Melayu oleh Malaysia. Bagi Malaysia, orang Melayu adalah mereka yang beragama Islam, berbahasa Melayu, menjalankan adat resam Melayu, dan tinggal di kawasan Melayu. Berdasarkan hasil penelitian penulis dan tim BKPBM, pendefinisian ini cenderung tidak sesuai dengan realitas sesungguhnya, karena banyak orang-orang yang diidentifikasi sebagai Melayu ternyata tidak beragama Islam. Terkait masalah ini, penulis telah menulis sebuah buku berjudul Redefinisi Melayu (2008) yang diterbitkan oleh BKPBM.

8) “Melayu kami adalah MelayuOnline,” ungkap salah seorang peneliti warisan budaya di Kalimantan Barat dalam sebuah diksusi di salah satu hotel di ketapang, Mei 2009 silam. Menurutnya, data-data Melayu dan kemelayuan yang disajikan oleh MelayuOnline.com telah merubah pandangannya tentang Melayu. Jika sebelumnya dia “harus” menerima definisi Melayu yang telah mapan, maka semenjak secara rutin membaca dan menganalisa data-data yang disajikan MelayuOnline.com, dia baru menyadari bahwa pendefinisan Melayu yang selama ini dia pahami cenderung tidak sesuai dengan kenyataan yang berkembang.


Daftar Pustaka

Heddy Shri Ahimsa-Putra. 2007. “Wacana Pembuka: Mencari Jati Diri Melayu”, dalam Koentjaraningrat, dkk., Masyarakat Melayu dan Budaya Melayu dalam Perubahan. Yogyakarta:

BKPBM bekerjasama dengan Adicita Karya Nusa.

Husni Thamrin. 2003. “Problematika Masyarakat dan Kebudayaan Melayu di Asia Tenggara,” dalam

Alam Melayu, Kumpulan Makalah Seminar Budaya Sedunia 2003. Pekanbaru: Panitia Bidang Seminar.

Irwan Abdullah. 2006. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mahyudin Al Mudra, “MelayuOnline.com, Praksis Perlawanan Terhadap Erosentrisme,” dalam http://melayuonline.com/ind/article/read/943.

Mahyudin Al Mudra. 2008. Redefinisi Melayu: Upaya Menjembatani Perbedaan Kemelayuan Dua Bangsa Serumpun. Yogyakarta. Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu.

Muhammad Ansor. 2005. “Pembacaan Kontemporer Atas Islam, Melayu dan Etnisitas” dalam Lima Kebanggaan Anak Melayu Riau, Baharuddin Husin dan Dasril Affandi (eds). Jakarta: Persatuan Masyarakat Riau-Jakarta.

Muhctar Lutfi. 2007. “Melayu dan Non-Melayu: Masalah Pembauran Kebudayaan”, dalam

Koentjaraningrat, dkk. Masyarakat Melayu dan Budaya Melayu dalam Perubahan. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerjasama dengan Adicita Karya Nusa.

Muhctar Lutfi. 2007. “Melayu dan Non-Melayu: Masalah Pembauran Kebudayaan” dalam Masyarakat Melayu dan Budaya Melayu dalam Perubahan, Heddy Shri Ahimsa-Putra (eds). Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu.

Suwardi. 1991. Budaya Melayu dalam Perjalanannya Menuju Masa Depan. Pekanbaru: Yayasan Penerbit MSI.

Kiri-kanan: Moderator, Mahyudin Al Mudra (BKPBM), Dra/Luki Wijayanti, MSi, Kepala Perpustakaan Universitas Indonesia (UI), Lukman, ST, M.Hum, (PDII- LIPI)



Dibaca : 2907

  Share  
Facebook



Berikan Komentar Anda:





7
Sahabat online

Hari ini : 155 Kemarin : 264 Minggu kemarin : 1.960 Bulan kemarin : 3.765

Anda pengunjung ke :
347.562

© 2010. All rights reserved.